Skip to main content

Posts

Showing posts with the label family

REVIEW: Lembang Park Zoo, liburan ideal keluarga muda

  Saya jatuh cinta dengan kota Bandung. Entah sejak kapan.   Udah kayak I knew I love you before I met you, gitu. Mungkin berawal dari julukannya si kota kembang. Mungkin juga karena semasa SMU kelas dua pernah study tour kesana.   Destinasi kemana? Tentu saja, gunung   Tangkuban Perahu, haha. Tahun ketiga smu mulai kepikiran mau kuliah dimana. Pilihannya Bandung atau Malang. Kok bisa malah area Jawa Barat or Jawa Timur, sementara saya tinggal di Jawa Tengah. Entah kenapa saya tidak tertarik kuliah di Semarang, Solo atau Jogjakarta. Mungkin karena kedua kota tersebut relatif berhawa sejuk seperti kota kelahiran saya Magelang, sementara rumah tinggal saya saat itu, Purbalingga, menurut saya lebih panas. Tapi itu mimpi saya, kenyataan beda jauh.   Tahun dimana saya lulus SMU justru tidak keterima di jenjang S1 pilihan saya. Sedih banget dong, pasti. Setahun setelahnya saya akhirnya memilih kuliah di Jogja. Iya jadi hobi nongkrong di bunderan UGM.   Daaan mimpi untuk tinggal atau ker

Ramadhan Berkah

Ramadhan 17 Bulan lalu sempat khawatir apakah saya bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan normal. Iya, mual tiada tara sejak kehamilan minggu ke lima membuat saya lungkrah. Setiap sore menjelang malam, rasanya malas mengerjakan apapun. Berbaring adalah pilihan yang paling nyaman. Maka Keenan pun jadi rajin memijat kaki emaknya seraya berkata, "Bunda kalau udah ga lemes sekali kita mainan ya.." Saya mengangguk, "mainan disini saja ya, main lempar bantal." ucap saya lemas. Baru minggu ke tujuh saya sudah berpikir, apakah akan sanggup melewati kondisi seperti ini hingga minggu ke empatpuluh. Ampuun! Keterpurukan saya berlangsung hampir enam minggu. Keenan pun jadi rajin membantu emaknya cuci piring, meskipun setelah itu harus ganti baju dan dapur jadi becek semua. Anak usia 6 tahun itu setiap saya pulang kerja pasti bertanya, "Bunda lemes sedikit atau lemes banyak?" Pak suami juga turut heran. Dia yang semangat dengan adanya tambahan calo

Perempuan h3bat itu,Ibuku:-)

Ibu (saya memanggilnya Mak’e) , merupakan  perempuan dengan label ibu rumah tangga tulen. Bapak adalah pencari nafkah utama,sedang ibu adalah pengelola rumah tangga dan mendampingi kehidupan kami, lima orang anak. Bapak dinas di Bek-Ang, bukan level perwira namun alhamdulillah tidak membuat kami hidup kekurangan. Secukupnya saja, namun masih bisa piknik tiap hari Minggu. Iya hampir tiap Minggu pagi Bapak akan mengajak saya dan kakak laki-laki saya ke peternakan sapi dekat rumah kemudian pulang membawa sebotol susu sapi mentah dan sepotong besar daging sapi, atau kami akan pergi ke Taman Kyai Langgeng, berenang, atau kami akan ke Candi Borobudur, atau kami akan ke Candi  Mendut. Ibu sedemikian pintar mengatur keuangan keluarga dengan gaji pensiun Bapak yang hanya lima digit namun  mampu menyekolahkan 3 dari 5 anaknya hingga sarjana. Jika saya  mengenang masa  itu, saya namakan ' masa hidup sederhana'. Padahal saat dulu menjalani, biasa saja.  Biasa saja jika uang saku

Perempuan Hebat Itu, Ibuku

Ibu ( saya memanggilnya Mak’e), merupakan  perempuan  dengan label  ibu rumah tangga tulen. Bapak adalah pencari kerja utama,sedang ibu adalah Menter I Dalam Negeri sekaligus Menteri Keuangan  yang sedemikian jago mengatur gaji  Bapak untuk kehidupan kami, lima orang anak. Bapak dinas di Bek-Ang, bukan level perwira,  namun alhamdulillah tidak membuat kami hidup kekurangan. Secukupnya saja, namun masih bisa piknik tiap hari Minggu. Iya hampir tiap Minggu pagi Bapak akan mengajak saya dan kakak laki-laki saya ke peternakan sapi dekat rumah kemudian pulang membawa sebotol susu sapi mentah dan sepotong besar daging sapi, atau kami akan pergi ke Taman Kyai Langgeng, berenang, atau kami akan ke Borobudur,atau kami akan ke Candi  Mendut. Ibu sedemikian pintar mengatur keuangan keluarga dengan gaji pensiun Bapak yang hanya lima digit namun  mampu menyekolahkan 3 dari 5 anaknya hingga sarjana. Jika saya  mengenang masa  itu, saya namakan  masa hidup sederhana. Padahal saat dulu menjalani,

Kangen Bapak

Bapak  ( Pak’e) adalah  pahlawan saya. Bapak yang mengajarkan saya disipilin, tanggung jawab dan percaya diri. Salah satu ajaran beliau yang saya ingat dan saya gunakan hingga kini, “ Jika sedang berbicara dengan orang lain, jangan menunduk, tatap mata lawan bicara. Karena jika menunduk berarti tidak percaya diri bahkan dianggap tidak menghargai”. Nasihat tersebut disampaikan menjelang keberangkatan saya ke lomba Matematika tingkat propinsi di Semarang, SMP kelas 2. Itu memang pertama kalinya saya ikut lomba hingga propinsi, biasanya hanya berhenti sampai tingkat kabupaten. Bapak tidak galak, namun tegas dan disiplin. Bapak memberikan kepercayaan penuh kepada saya untuk memilih. Ketika lulus SMP beliau pernah menyampaikan agar saya meneruskan  SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). Nyatanya ketika saya mendaftar ke SMU Negeri, beliau tetap mengiyakan. Pun ketika lulus SMU saya sudah terdaftar di Akbid (akademi kebidanan) Semarang, sekali lagi Bapak tidak melarang saat saya memilih kuliah